Jumat, 21 Desember 2012

Istiqomah


Semakin kujelajahi isi bumi dengan banyak mencari tahu dan tak sengaja tahu, semakin jauh rasanya merealisasikan impianku bahwa istiqomah itu mudah. Perubahan memang hal mutlak yang selamanya akan terjadi di muka bumi ini. Tapi, seperti sistem audisi menjadi penyanyi terkenal, hanya segelintir manusia yang benar-benar tetap pada mainstream perubahan ke arah positif. Perlahan mereka berganti mimpi, berpencar, dan melebur bersama lingkungan baru macam tercebur pada tong berisi cat—begitu keluar, seluruh tubuh berubah warna seperti cat itu. Padahal dulunya, dengan susah payah mereka menggosok-gosok tubuh mereka dengan sabun mandi tarbiyah, memakai lulur ukhuwah, dan rajin spa tilawah. Tapi hanya dengan perubahan siklus dan tuntutan sepercik emosi (hanya sepercik) dalam diri, mereka dengan mudah melompat masuk ke dalam tong itu.

Kulihat, kudengar, dan kubaca semua yang menjeblak di hadapanku. Aku merasakan mata ini seperti dicolok dengan tangan bekas mencolek sambal ketika melihat kenyataan akan perubahan seperti itu. Aku lebih takut pada keraguan yang mulai muncul dalam diriku, apakah istiqomah sesulit itu? Aku takut aku juga tak bisa mencapai dan menjaganya, karena ia terlihat sama sulitnya dengan merobohkan seekor gajah hanya dengan satu jari kelingkingmu. Semakin kutelisik, semakin aku merasa cemas. Lalu aku bersimpul, ini sebuah fenomena yang telah mengakar sejak jaman baheula, namun saat ini aku baru mendapatinya secara nyata.

Beruntunglah mereka yang masih pada mainstream. Hanya melongok isi tong cat, dan bahkan tak ada niat untuk mencelupkan jari ke dalamnya. Tak lelah terus menggosok tubuhnya dengan sabun mandi tarbiyah yang kualitasnya lebih baik, rutin memakai lulur ukhuwah yang lebih pekat, dan semakin rajin spa tilawah lebih lama. Dan untuk menjadi seberuntung itu, mungkin kita harus berusaha terus mengingat mimpi kita yang terbaik, yang dulu kita susun saat letupan iman kita sedang memuncak dan tak berhenti membuncah ibarat lumpur lapindo. Jangan sampai terbersit niat untuk berganti mimpi, atau melupakan mimpi lama kita. Karena dengan memusatkan diri pada mimpi terbaik itu, mau berpencar ke manapun, berbaur dengan siapapun, insya Allah kita tak akan tercebur dan berubah warna. Catat ia baik-baik dalam hati dan pikiran kita, atau bahkan catat ia secara nyata di buku pribadi kita, agar saat kita lupa, kita bisa membuka catatan itu dan berazzam lagi terhadapnya.

Ini pun kutulis agar sewaktu-waktu aku bisa membacanya, supaya aku tak ragu tetap ambil lurus ketika menemui persimpangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar