Rabu, 13 November 2013

Iseng-iseng Berhadiah (Part 1)

Dulu, saya menulis dengan cara mencari celah di antara kesibukan kuliah dan berorganisasi. Saat ini, saya menulis dengan cara mencari celah di antara kesibukan bekerja di PKPU dan menjalankan bisnis kreasi flanel Istana Atha Creative (tetep promo ke mana-mana, hehe).

Saat itu menjelang lebaran. PKPU sedang sibuk-sibuknya mengadakan program dan penghimpunan. Bisnis flanel saya juga alhamdulillah sedang ramai, saat itu lagi happening banget toples hias flanel buat lebaran, kebanyakan dikirim ke luar Jawa lagi, jadi ngurusin ngirim-ngirimnya juga lumayan menyita waktu & tenaga. Lalu saya melihat pengumuman lomba menulis sinopsis film pendek di facebook. Lomba itu diadakan oleh Oz Radio Jakarta, dan belakangan baru tahu kalau Oz Radio juga kerjasama dengan SAE Institute dan OPPO Smartphone. Di pengumuman itu disebutkan, kalau sinopsis kita masuk 10 besar, maka sinopsis itu harus difilmkan. Saya langsung tertarik dan menyimpan info tersebut di lepi saya. Kebetulan saya langsung teringat dengan stok cerpen yang saya punya, cerpen itu cocok untuk diikutkan lomba itu. Namun karena kesibukan kerja dan bisnis, akhirnya saya baru mengirim cerpen yang saya jadikan sinopsis tepat saat deadline pengiriman. Fiuh, hampir saya nggak jadi ikutan, hehe.

Selang beberapa waktu kemudian, saya lupa tepatnya, kayaknya sih nggak sampai sebulan, saya di-sms panitia kalau sinopsis saya itu masuk 10 besar. Masya Allah, antara percaya nggak percaya, saya cuma bisa berucap alhamdulillaah berkali-kali saat itu. Lalu beberapa hari kemudian saya mendapat email formulir data finalis yang harus diisi. Dan ternyata harus tim, maksimal lima orang. Saya yang tadinya ikut lomba sendirian, akhirnya mencari teman untuk saya jadikan tim. Langsung saja saya cari teman-teman yang bisa pegang kamera alias nyuting, yang bisa bantu-bantuin, dan jelas yang bisa akting. Melalui audisi panjang dan ketat (ciaelah, nggak ding, hehe), akhirnya saya mengajak Kang Aria yang notabene temen kerja di PKPU, Diah Adni, Dany Dwi, dan Galuh Chandra. Tiga orang terakhir adalah adik-adik kelas saya sewaktu kuliah, dan dulunya sama-sama aktif di Unit Kerohanian Islam (UKI) Kesmas Unsoed.

Tanggal 11 September pun akhirnya kami berlima diminta berangkat ke Jakarta untuk mengambil handphone OPPO yang akan digunakan untuk merekam film dan mendapat pengarahan teknik pembuatan film dari SAE Institute. Dengan memperhitungkan budget yang ada, akhirnya kami cuma berangkat berempat, saat itu saya memutuskan supaya Dany nggak ikut dulu. Saya yang (jujur banget) masih awam dengan Jakarta sempat ser-seran juga, nanti di sana gimana ya, gimana ya, gimana ya, haha. Tapi untung bos saya di PKPU orang asli Jakarta, jadi bisa bantu-bantu meredakan kebingungan saya dan teman-teman, hehe. Bahkan, karena lokasi pengambilan handphone dan pengarahan ada di FX Sudirman Senayan, Jaksel, kamipun akhirnya memilih menginap di rumah orang tua Pak Bos saya yang kebetulan di Jaksel juga, tinggal naik kopaja sama busway saja kalau mau ke FX. Alhamdulillaah, kalau Allah sudah memberi kemudahan, mau ke mana saja, mau ngapain saja, Dia pasti memberikannya :)

Jadilah saya, Kang Aria, dan Galuh berangkat bertiga dari Purwokerto menggunakan bus--karena keabisan kereta ekonomi. Kebetulan Diah orang Tangerang dan saat itu lagi mudik, jadi dia nyusul berangkat dari Tangerang langsung ke FX. Saat itu kami berangkat malem abis maghrib, lalu sampai Terminal Lebak Bulus jam 4 pagi. Setelah selesai sholat shubuh, kita langsung capcus naik Kopaja P26, turun di perempatan Buncit (itu juga naik-naik kendarannya hasil boleh nanya ke Pak Bos, hihihi). Dari perempatan Buncit kita lanjut naik Kopaja 57, turun di mushola deket PLN Duren Tiga, Jaksel. Dan saat naik kopaja-kopaja itulah saya baru tahu betapa kejamnya hidup di ibukota (hehe, lebay). Kenek & sopirnya menyeramkan, kesannya nggak menghargai penumpang banget. Padahal kalau nggak ada yang naik juga mereka nggak dapat duit kan (emosi ceritanya, wkwk). Tapi alhamdulillaah, Allah masih memberi kita kemudahan untuk nggak nyasar dan langsung nemuin rumah orangtuanya Pak Bos. Sesampainya di sana kita langsung duduk & ngelurusin kaki. Ibunya Pak Bos langsung membuatkan teh manis hangat. Hmm, baiiik banget pokoknya, hehe.

Singkat cerita, jam 1 siang akhirnya kita berhasil duduk manis di dalam salah satu ruang kuliah SAE Institute, yang emang kampusnya satu building dengan mall FX Sudirman. Dari Duren Tiga ke sana kita naik Kopaja 57, turun di Blok M, lalu naik busway turun di halte Gelora Bung Karno. Saat itu kita benar-benar happy karena kita benar-benar dipinjami hape OPPO seri yang paling canggih saat itu (sebelum OPPO N1 keluar) yaitu OPPO Find 5. Hape itu ceritanya dipinjamkan untuk digunakan sebagai alat merekam adegan dalam film. Selain diserahi hape, kita juga mendapat pengarahan cara menggunakan hapenya dan pengarahan teknik pembuatan film dari dosen-dosen SAE. Saat itulah kita bener-bener yang hah? heh? hoh? mendengar penjelasan dari dosen-dosen SAE itu, terutama saat dosen kedua menjelaskan tentang teknik pengambilan gambar, mulai dari Long Shoot, Close Up, Extreme Close Up, Till Up, Till Down, Roll depan, Roll belakang, eh dua yang terakhir itu ngawur, wkwk. Kita berempat yang saat itu masih bener-bener 'iye-iye aja' merasa sangat asing dengan itu semua. Dan mulai minder saat ada beberapa teman finalis dari tim lain yang menyahut sang dosen dengan tangkasnya. Wow, mereka udah pada akrab sama teknik gitu-gituan, sementara kita? Saat itu saya hampir pengen merosot dari kursi, hehehe.

Keluar dari ruangan, perasaan berkecamuk antara lega dan ragu. Tapi kita tetap ada rasa optimis sih, soalnya waktu itu dikasih tahu panitia kalau seandainya kita nggak jadi Juara 1, 2, atau 3, kita tetap akan mendapat hadiah hape OPPO meskipun serinya lebih rendah. Jadi lumayan nggak khawatir kalau seandainya kalah, jauh-jauh dari Purwokerto kita tetap bisa bawa pulang hadiah dari Jakarta. Itu pikiran saya yang terlintas saat itu, hehehe.

Malamnya kami langsung capcus pulang ke Purwokerto. Kejadian unik, aneh, memalukan namun lucu kembali terjadi saat perjalanan pulang. Karena kita keluar dari FX tepat saat jam pulang kerja, akhirnya busway pun penuh terus. Dalam kondisi crowded seperti itu, kita sempat salah naik kopaja eksekutif (hadeh, ehehe), soalnya kopaja eksekutifnya saat itu berhenti di halte busway juga, jadi kita kira itu busway longgar, wkwk. Dengan muter-muter dulu, akhirnya kita tetap bisa sampai juga di terminal Lebak Bulus, tapi memang sudah kemaleman, waktu itu kita sampai jam setengah 9 malam. Bus-bus sudah pada berangkat & terminal sudah sepi. Dan akhirnya kita kena calo bus deh =_=. Masa kita disuruh bayar tiket Jakarta-Purwokerto 195ribu??? Subhanallah, emangnya kereta bisnis??? Saya pun nawar 75ribu, eh nggak boleh. Setelah negosiasi (saat itu saya sok berani, padahal dalam hati takut, takut diancem =_=) akhirnya dibolehin 100ribu. Kami pun masuk bus dengan perasaan setengah lega. Yah, nggak papalah bayar lebih banyak yang penting sampai rumah, pikir kita saat itu.

Tapi memang dari awalnya sudah nggak jelas, busnya pun ternyata rutenya muter-muter dulu. Berhenti-berhenti terus pula di terminal lain. Di Kampung Rambutan bahkan ngetem lama lagi. Sampai kita sempet dipalak preman ABG, haduduu. Dengan gaya sok berani (lagi), Kang Aria dan Galuh berhasil mengusir mereka hanya dengan 2ribu perak, hehehe. Dan bukan hanya itu, sesampainya di terminal Kota Tegal kita diminta turun. Tiket kita dicek, dan ternyata di tiket kita cuma ditulis kalau kita naik sampai Tegal. Subhanallah, saking kurang pengalamannya kita, kita nggak ngecek tiket kita ditulis untuk sampai di tujuan mana. Meskipun kita sempat bersitegang dengan penanggung jawab busnya, akhirnya kita tetap mengalah dan memutuskan mencari bus lain untuk melanjutkan perjalanan ke Purwokerto. Keluar uang lagi deh, hadeeh. Dan dengan perjalanan sepanjang itu, akhirnya kita baru sampai di Purwokerto jam 10 pagi. Bayangkan, 13 jam perjalanan di dalam bus hanya untuk menempuh dari Jakarta ke Purwokerto =_=.

But, still alhamdulillaah bisa kembali dengan selamat di kota tercinta. Dan masih bisa menceritakan pengalaman ini ke teman-teman :D

To be continued :)

Senin, 28 Oktober 2013

This Decision

Tak ada keputusan yang tak mengandung risiko
Kenapa dipersulit, jika itu hanya sebuah hal mudah?
Bukan menyepelekan, tetapi mencoba memanfaatkan kemudahan yang Ia berikan..

Ingatkah dengan kisah kaum Yahudi yang mempersulit diri saat diminta menyembelih seekor sapi?
Hingga mereka hampir saja gagal melakukannya..

Sekarang, marilah menunggu..
Dengan sabar

29/10/13

Selasa, 15 Oktober 2013

Berqurban dengan Cerpen

15 Oktober 2013/10 Dzulhijah 1434 H

Berqurban dengan cerpen? Pasti kalian mengira ini aneh. Tapi ya, itulah yang terjadi denganku.

Sungguh tahun ini berbeda dengan tahun yang lalu. Alhamdulillaah, tahun ini aku berhasil melakukan qurban pertamaku :'). Dulu aku berpikir bahwa mungkin aku baru bisa berqurban nanti ketika aku sudah menikah, atau menjadi orang kaya. Ternyata tidak. Aku baru setahun lulus kuliah, dan baru hampir 10 bulan bekerja. Tetapi nyatanya aku sudah bisa berqurban. Tak lain, ini adalah karunia yang Allah berikan padaku. Alhamdulillaah ya Allah :')

Saat di awal-awal aku bekerja di PKPU, aku memang pernah mendengar bahwa untuk qurban, ada kemudahan bagi karyawan PKPU yang ingin melaksanakannya. Yaitu mereka bisa berqurban dengan harga hewan lebih murah, namun langsung disalurkan ke luar negeri seperti Somalia, dan negara-negara sejenisnya. Aku langsung berbinar saat mendengar adanya kesempatan itu, dan memang dalam hati langsung tergiur untuk melakukannya tahun ini. Akupun berniat menabung agar nanti saat Idul Adha tiba aku benar-benar bisa melakukannya. Tapi nyatanya kebutuhanku dalam perjalanan menuju Idul Adha juga banyak. Uangku banyak terkuras untuk hal lain. Apalagi bulan September-Oktober tabunganku dikuras oleh keperluan melamar CPNS, mengikuti lomba film pendek di Jakarta, dan tetek bengek lainnya. Aku pun sempat khawatir, apakah niatku berqurban tahun ini bisa terlaksana atau tidak.

Sebenarnya alhamdulillaah, bisnis flanelku lumayan berjalan lancar. Aku menerima cukup banyak pesanan souvenir dan kado pernikahan. Namun itu hanya cukup untuk menunjang kebutuhanku dari bulan ke bulan, dan lagi-lagi untuk menambah ongkos ke sana ke mari untuk urusan CPNS dan lomba film pendek. Lalu terjelanglah Idul Adha. Atasanku di PKPU menawarkan program qurban untuk karyawan itu. Beliau bilang harganya sekian, disebarkan di luar negeri, dan ternyata pembayarannya boleh dicicil dengan sistem potong gaji selama 3 bulan.

Lalu aku berpikir. Duh, aku benar-benar sudah sangat ingin berqurban tahun ini, meski hanya seekor kambing atau domba, tapi apakah aku sanggup dengan memotong 3 kali gajiku? Padahal sebelumnya tabungan dari sisa-sisa gajiku sudah terkuras juga. Ah, tapi tekadku sudah bulat. Aku pun menyatakan pada atasanku bahwa aku mendaftar untuk berqurban tahun ini. Dan ternyata qurbanku akan disalurkan ke Somalia. Gaji-gajiku di bulan-bulan ke depan yang tadinya ingin kujaga untuk mengganti tabunganku yang sudah terkuras oleh keperluan-keperluan sebelumnya pun akhirnya kuikhlaskan untuk dipotong demi berqurban.

Dan Allah memberikan karunia-Nya. Aku yang hobi menulis ini memang tetap senang mengikuti lomba menulis di berbagai event. Meskipun untuk menulis aku harus mencari celah waktu dari kesibukan kerja, membuat film pendek, dan mengerjakan pernak-pernik flanel pesanan. Kali itu, aku ikut lomba cerpen yang diadakan oleh almamaterku, dengan hadiah juara 1 yang lumayan besar. Dan pada tanggal 13 Oktober 2013, tepat 2 hari sebelum Hari Raya Idul Adha 1434 H aku sungguh bersyukur, berterima kasih pada Allah atas karunia-Nya yang tak terkira. Aku diumumkan sebagai Juara 1 lomba tersebut. Bahagia luar biasa.

Aku langsung teringat dengan qurbanku. Ah, ini pasti rejeki dari Allah yang dikaruniakan untukku untuk berqurban. Dan memang nilai hadiah lomba cerpen itu hampir sama dengan harga hewan qurbanku, hanya tinggal ditambah sedikit. Aku sungguh lega. Ya Allah, memang benar, di mana ada niat di situ ada jalan. Engkau telah menunjukkannya padaku :')

Gajiku pun tak jadi dipotong. Istilahnya, aku berqurban dengan cerpen karyaku sendiri.

Dari sini aku belajar, bahwa semua yang kita lakukan dengan keikhlasan dan kesungguhan, pasti akan membuahkan hasil. Apapun pekerjaanmu, apapun hobimu, mau kamu seorang dokter ataupun tukang becak, jika kamu ikhlas dan sungguh-sungguh dalam menjalankannya, berkah yang kamu akan peroleh akan sama besarnya.

Alhamdulillaah. Segala puji bagi-Mu, ya Allah..

See ya in the next post :)

Senin, 14 Oktober 2013

7 Hal yang Khas di Cilongok (Bukan) Versi On The Spot


Saya adalah Cilongok-ers. Saya lahir dan besar di kecamatan yang sangat nyaman ini (alhamdulillah ^^). Sebagai wujud cinta saya pada tanah kelahiran saya itu, saya akan menjelaskan, menceritakan, menuturkan, dan membeberkan :D tujuh hal yang khas di daerah Cilongok. Yuks, cekibrot!

1.    Gula Jawa

 Gula jawa adalah salah satu produk khas yang banyak ditemukan di Cilongok. Bisa dikatakan, Cilongok merupakan sentra gula jawa. Gula jawa di Cilongok memiliki bentuk khas berupa tabung silinder, karena dibuat dengan cetakan dari bambu yang dipotong-potong. Gula jawa manis rasanya (ya iyalah :D), terbuat dari nira kelapa (atau di Cilongok disebut dengan “badheg”) yang disadap oleh para penderes. Nah, penderes inilah hal khas kedua dari Cilongok.

2.    Penderes

Kalau tak ada para lelaki yang mengambil nira atau sari pohon kelapa di mancung yang terletak di puncak pohon, maka tak akan ada gula jawa yang terbuat. Mereka itulah yang disebut sebagai penderes. Banyak para bapak di Cilongok yang berprofesi sebagai penderes untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mereka memanjat pohon kelapa yang tingginya sampai belasan meter sambil membawa beberapa potongan bambu dengan panjang masing-masing sekitar 40 cm. Bambu-bambu ini disebut pongkor, gunanya untuk menampung nira dari mancung kelapa. Pongkor ini akan ditempatkan selama seharian agar nantinya bisa diambil dalam keadaan penuh. Nira yang sudah diambil akan dimasak oleh para istri dari penderes dengan cara memanaskannya dalam sebuah wajan besar selama beberapa jam. Tidak ketinggalan pula nira itu terus diaduk dengan teratur selama dipanaskan, sampai akhirnya nira mengental (munjuk) dan berubah warna menjadi cokelat tua. Setelah munjuk atau matang, nira yang sudah berubah tekstur dan warna itu dituangkan ke dalam masing-masing cetakan dan didiamkan hingga dingin. Setelah dingin, gula jawa pun jadi dan siap dikeluarkan dari cetakan, dan biasanya segera dijual ke pengepul. Begitulah para penderes bekerja sama dengan istrinya untuk memproduksi gula jawa ^^.

3.    Peti Gula

Nah, kalau sudah terkumpul di pengepul (atau juga disebut juragan gula :D), biasanya gula jawa didistribusikan ke berbagai daerah. Biar si gula jawa tidak rusak selama proses pengiriman, maka biasanya mereka dikemas dengan peti atau kotak kayu. Maka, peti gulapun menjadi barang yang banyak diproduksi di Cilongok. Banyak penduduk yang berwiraswasta menjadi juragan peti gula dengan membuat pabrik peti gula di masing-masing rumah mereka. Biasanya mereka mempekerjakan para pemuda desa untuk membuat peti-peti tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, para distributor gula beralih menggunakan plastik yang agak tebal, dengan alasan lebih murah dan praktis dibanding menggunakan peti. Alhasil, kini home industry peti gula di Cilongok kebanyakan hanya tinggal sisa-sisa bangunan dan kayu-kayu bekas yang berserakan.

4.    Cimplung
Dan ini, adalah salah satu makanan kebanggaan saya sebagai warga Cilongok, dialah Cimplung. Cimplung adalah makanan yang biasa dijadikan kudapan bagi warga Cilongok. Rasanya legit dan alami. Cimplung dibuat dari singkong, pisang, ubi jalar, kelapa, atau hampir semua jenis umbi-umbian yang dimasukkan ke dalam nira (bakal gula) yang sedang dimasak. Setelah bakal gula itu meresap ke dalam setiap potongan singkong dan kawan-kawan, mereka pun diangkat dan siap disantap. Wuihh, yang paling mantep kalau Cimplung singkong jenis singkong mentega. Singkongnya merekah, pulen, dan gulanya meresap sampai ke dalam. Mantapks! ^^

5.    Tahu Kalisari
Hmmm yummy! Iya, Tahu Kalisari adalah tahu terlezat menurut saya. Rasanya begitu khas dan alami. Tahu Kalisari enak dimakan tanpa harus digoreng, direbus, atau dibumbui terlebih dahulu. Dan yang menjadikan tahu ini sangat spesial, hanya di Cilongoklah kita bisa menjumpai Tahu Kalisari.
Dinamakan Tahu Kalisari, karena tahu ini diproduksi oleh warga Desa Kalisari yang masih termasuk dalam kecamatan Cilongok. Hampir seluruh warga di desa itu bekerja sebagai produsen tahu. Bahkan, jika kita memasuki kawasan desa itu, semerbak bau harum kedelai yang sedang diproses menjadi tahu akan sangat terasa. Tidak salah jika tugu tanda masuk desa itu ditambah dengan ikon tahu di atasnya.
Tahu Kalisari is the best tahu I’ve ever eaten :D

6.    Curug Cipendok
Kekhasan Cilongok yang berikutnya jatuh pada tempat wisata yang cukup terkenal, yaitu Curug Cipendok. Terlihat dari namanya, Curug Cipendok merupakan objek wisata air terjun yang terletak di Desa Cipendok, masih termasuk Kecamatan Cilongok. Air terjun ini mempesona, dengan debit air yang cukup besar. Banyak wisatawan dari dalam maupun luar kota yang mengunjungi curug ini. Saya juga pernah ke sana meskipun waktu SD. Dan memang mengakui, Curug Cipendok itu istimewa! *bukan chibi-chibi ya :D*

7.    Tasripin
Masih ingat dengan anak kelas 6 SD yang harus bekerja dan merawat tiga adiknya sendirian? Ya, dialah Tasripin. Sewaktu berita ini mencuat ke media, nama Cilongok juga ikut-ikutan mencuat. Sebenarnya ini bukan kekhasan, hanya saja hebohnya berita ini membuat Tasripin sangat identik dengan Cilongok, dan Cilongok sangat identik dengan Tasripin. Sebenarnya saya tak ingin menuliskannya di sini karena banyak orang yang terlalu mengait-ngaitkan Tasripin dengan Cilongok. Padahal, banyak juga kasus yang lebih mengenaskan di daerah lain. Mungkin karena Cilongok jarang kena berita yang jelek, jadi terasa banget, hehe.
Tapi di luar itu, saya cukup salut dengan anak yang satu ini. Dalam usia sekecil itu, ia tidak lari dari tanggung jawab. Tetap bersama ketiga adiknya dan setia merawat mereka. Sampai akhirnya kabar ini dimuat di media dan kini nasib Tasripin pun telah berubah ^^.

OK, itu sih yang bisa saya rangkum dari hal-hal yang khas di Cilongok. Dan terakhir saya pengen bilang, saya bangga sebagai warga Cilongok ^^


See ya in the next post :) 

Rabu, 25 September 2013

61 Anak Mengalami Gigi Karies dari 62 Anak yang Diperiksa




PAUD Mugi Rahayu dan TK Pertiwi Desa Petir Kecamatan Kalibagor, Banyumas, menjadi ramai saat acara Penyuluhan dan Pemeriksaan Gigi Gratis dimulai. Acara yang dimulai pukul 08.30 WIB ini diawali dengan penyuluhan singkat tentang cara merawat gigi yang baik dan benar oleh drg. Anggriani. Selanjutnya siswa PAUD dan TK yang berjumlah sekitar 70 anak diperiksa satu per satu oleh drg. Anggriani untuk mengetahui jumlah dan kondisi gigi mereka. Beberapa anak menangis dan tak mau diperiksa lantaran takut, sehingga total anak yang diperiksa sejumlah 62 anak.

Yang mengejutkan, dari hasil pemeriksaan, ditemukan bahwa 61 anak mengalami gigi karies (gripis-red) dari 62 anak yang diperiksa. Itu artinya, hanya 1 anak yang kondisi giginya baik. Hal ini mencerminkan bahwa sebagian besar anak-anak di Desa Petir masih kurang dalam hal perawatan gigi. Namun drg. Anggriani mengungkapkan bahwa hal ini masih tergolong wajar, mengingat sebagian besar anak-anak memang menyukai makanan manis dan tidak terbiasa menggosok gigi sehingga menyebabkan gigi mudah mengalami karies. Oleh karena itu, dengan adanya penyuluhan dan pemeriksaan ini diharapkan anak-anak teredukasi untuk merawat giginya dengan baik dan tidak takut lagi untuk periksa ke dokter gigi.


Di penghujung acara, anak-anakpun bergembira dengan adanya pembagian paket makanan tambahan yang diberikan oleh PKPU. Selain itu, drg. Anggriani juga secara khusus memberikan paket perawatan gigi kepada guru-guru PAUD dan TK, serta buku-buku penunjang kegiatan belajar PAUD dan TK tersebut.

Rabu, 18 September 2013

Komik Qurban Versi Edited

Kalo sebelumnya Nena Atha posting tentang komik yang masih mentah, sekarang Nena Atha bakal ngasih liat nih, komik qurban karya Nena Atha yang udah diedit keren badai (haha) sama Kang Aria Achmad, temen kerja di PKPU. Dan alhamdulillah komik ini sudah terbit di buletin Suara Qurban PKPU Purwokerto. Monggo dilihat, dibaca, dan dihayati.. hehehe (Maaf kalo gambarnya kurang jelas, soalnya ukurannya kecil ^^).


5 Kantor yang Tambah Rame Saat Musim CPNS (Bukan) Versi On The Spot

Antrean di Ruang SKCK di Sebuah POLRES

Indonesia memang negara yang kaya musim. Dari musim hujan, musim kemarau, musim duren, musim rambutan, sampai musim CPNS, hhe. Lagi happening banget nih yang satu ini, terutama buat kaum pendamba pekerjaan tetap dengan jaminan pensiun, hehehe. Saking happeningnya 4 huruf ini, berimbas pula pada kantor-kantor di daerah-daerah, terutama yang ngelayanin orang-orang yang mau melengkapi persyaratan buat daftar. Info ini penting juga nih, biar yang lagi mau ngurus persyaratan CPNS bisa menyiapkan fisik dan mental untuk menghadapi kenyataan saat datang ke kantor-kantor tersebut, hehe, serem amat. Kantor apa aja sih kira-kira? Yuks, cekibrot!

1. POLRES (Kepolisian Resor)
Yup, kagak salah lagi kalau kantor yang satu ini jadi tambah rame ketika musim daftar CPNS tiba, khususnya di bagian pembuatan SKCK. Bahkan, antrean bisa sampai membludag melebihi antrean warga yang mau ambil BALSEM, eh BLSM. Ada yang bikin baru, memperpanjang, dll. Perlu diketahui ya buat yang mau bikin SKCK baru, wajib bawa foto ukuran 4 x 6 berwarna 5 lembar sama KTP. Jangan lupa nanti di sana ngisi formulir & foto sidik jari. Buat yang mau memperpanjang, cukup bawa SKCK lama atau fotokopiannya yang udah dilegalisir. Buat jaga-jaga bawa foto juga deh. Jangan lupa juga, semua ada biaya, jadi bawa duit ya :).

2. DINSOSNAKERTRANS (Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi)
Salah satu kantor dinas yang singkatannya lumayan panjang ini merupakan kantor yang juga tambah rame di kala musim CPNS tiba. Hal ini dikarenakan salah satu persyaratan CPNS yang paling umum adalah kartu kuning. So, buat yang belum pernah bikin, mereka akan berbondong-bondong ke DINSOS bla3 (males ngetik saking panjangnya nama tu dinas hihi) buat bikin tu kartu kuning. Dan buat yang udah bikin, biasanya dateng buat absen alias minta tanda tangan petugas di kolom laporan. Buat yang mau bikin kartu kuning, kalo nggak salah cukup bawa fotokopi KTP, foto 3 x 4 hitam putih 2 lembar, sama fotokopi ijazah atau SKL yg udah dilegalisir. Buat yang mau absen sih, tinggal bawa kartunya sama bilang ke petugas aja kalo mau absen.

3. DINDUKCAPIL (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil)
Widih, kantor yang satu ini juga ternyata nggak kalah rame loh saat musim CPNS tiba. Rata-rata, mau legalisir Akte Kelahiran, KTP, sama KK. Maklumlah, persyaratan CPNS juga lumayan ribet sampe legalisir identitas diri juga. Kalau yang satu ini si gampang pisan. Pelamar cukup ngasih berkas yang mau dilegalisir, trus nunggu sampai dipanggil deh. Gratis tis tis :D

4. Kantor Pos
Selain emang tiap hari rame, kantor pos juga semakin rame dengan kedatangan para pelamar yang mau ngirim lamarannya ke masing-masing instansi yang buka CPNS-an. Biasanya akan dikenakan biaya khusus tuh buat ngirimnya. Kalau tarif biasanya 10 ribuan, pas CPNS jadi hampir 20 ribu. Yah, nggak papalah, demi melamar ke instansi impian, hehehe.

5. Yankes Milik Pemerintah (Kayak RSUD, Puskesmas, dll)
Memang sih, instansi yang satu ini juga hampir selalu rame karena banyaknya orang yang sakit (sedih ya T.T), instansi ini juga jadi rame kala musim CPNS tiba. Terutama buat mereka yang persyaratan melamarnya ada suruh bikin surat keterangan sehat, surat keterangan bebas narkoba, dsb. Biasanya ini yang menjadi salah satu momok bagi pelamar, karena biayanya yang lumayan menguras kantong.

Kalo menurut Nena Atha si begitu, berdasarkan pengalaman pribadi, hehe. Karena baru kemarin nih, Nena Atha ngirim lamaran ke satu instansi dengan perjuangan melengkapi persyaratan yang berdarah-darah (haha, lebaaay ding). Saran Nena Atha si, kalo mau ngurus persyaratan gitu-gitu bisa agak jauh-jauh hari, biar nanti nggak misuh-misuh waktu ngantrenya sampe seharian, kecuali buat surat-surat yang emang diminta harus bener-bener fresh kayak surat keterangan sehat & bebas narkoba. Dan, Kalo ada yang nemu kantor lain yang juga rame pas musim CPNS, boleh dishare di kolom komen. Semoga bermanfaat. Haturnuhun..

See ya on the next post ^^

Rabu, 04 September 2013

Rasanya Mengenali Pengemis di Sekitar Kita

Ini pengalaman saya beberapa waktu yang lalu, tepatnya sebelum bulan Ramadhan 1434  H. Kerja-kerja lapangan membuat saya sering bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakter. Namun kali itu saya benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan seorang wanita, sebut saja namanya Bu Mawar.

Bu Mawar adalah "mantan" tetangga saya. Waktu saya masih SMP (entah SMA) beliau pergi dari kampung entah karena masalah apa. Menurut kabar yang saya dengar dari warga sekitar, Bu Mawar bekerja di Jakarta atau entah di mana, yang jelas di luar kota. Namun siang sepekan sebelum Ramadhan, saat saya tengah kampanye zakat di jalan, saya melihat beliau turun dari angkot dengan tergopoh-gopoh. Awalnya ia memakai kerudung hitam, namun dengan cepat (sambil berjalan) ia memakai topi yang hampir menutupi seluruh wajahnya dan memasukkan tas jinjingnya ke dalam kain jarit yang ia kenakan layaknya sedang menggendong bayi. Nah, penampilannya itu mirip sekali dengan peminta-minta yang sering berkeliaran di jalan. Dan memang benar, setelah berjalan beberapa meter dan sukses mengganti penampilannya, Bu Mawar terlihat mengunjungi satu rumah demi satu rumah--bisa saya pastikan beliau sedang meminta-minta.

Ya Allah, itu adalah seseorang yang saya kenal, dan saya melihatnya sedang meminta-minta! Saya pun tak kuasa memanggilnya karena takut membuatnya malu. Saya hanya bisa diam dan merenung.

Lain lagi ceritanya ketika saya mengenali pengamen di tempat kerja saya. Saya mengenalinya, namun tak bisa saya katakan dia itu siapa. Bahkan ia sudah mengamen di tempat kerja saya sebanyak tiga kali. Saya selalu tak kuasa memberinya receh, sehingga selalu teman kerja saya yang melakukannya, tanpa teman saya tahu saya mengenal orang itu. Saya ingin menyapanya, tapi lagi-lagi saya tak kuasa melakukannya. Lagipula sepertinya ia tidak terlalu mengenal saya, hanya saya yang memang hafal nama dan wajahnya.

Itu benar-benar membuat saya terenyuh. Betapa sulitnya hidup ini bagi sebagian orang, bahkan itu dialami oleh orang-orang di sekitar kita, bahkan yang kita kenal.

Bersyukurlah bagi kita yang masih diberi nikmat untuk bisa hidup dan bekerja dengan layak. Dan semoga mereka diberi ketabahan dan hidup mereka segera terangkat. Aamiin.

Wallahu a'lam bishshawab...

:'(

Selasa, 03 September 2013

Bila Fisik Tak Cantik

Bila fisik tak cantik, kenapa harus bersedih?
Bukan fisik yang akan Dia lihat, tapi hatimu

Bila fisik tak cantik, kenapa harus menangis?
Bukan air mata yang Dia mau, tapi keimananmu

Bila fisik tak cantik, kenapa harus merana?
Bukan kegalauan yang Dia kehendaki, tapi ketabahan hatimu

Bila fisik tak cantik, kenapa harus khawatir?
Laki-laki baik mana yang akan menelantarkanmu, jika imanmu sejelita mutiara

Bila fisik tak cantik, kenapa harus merasa menderita?
Jika laki-laki di dunia tak ada yang menemanimu, maka bersiaplah melayani pria-pria tangguh nan elok rupawan di surgaNya

Bila fisik tak cantik, maka jaminlah imanmu baik..

-Nena Atha, di ujung kelelahan sepulang kerja-

Senin, 02 September 2013

Komik Qurban

Beberapa hari yang lalu teman kerja di PKPU mengajak bikin movie buat iklan qurban. Saya ada ide, tapi pengennya dengan tokoh utama hewan qurban. Saya bilang gimana kalau bikin animasi, tapi teman saya tidak bisa, apalagi saya. Karena bisanya bikin komik, akhirnya tadi siang saya iseng menuangkan ide saya dalam sebuah komik. Benar-benar masih tingkag iseng, karena bikinnya saja pakai kertas bekas, hehe. See the picture below:

Yah, uploadnya blm dirotate..
Ya sudahlah silakan dinikmati komik saya yang belum sempat diedit ini ya temans..

See ya in the next post ;)

Cara Menemukan Alamat

Sebagai staf divisi program lembaga kemanusiaan nasional PKPU, survey ke tempat calon penerima manfaat (bantuan) sudah seperti makanan sehari-hari. Dan itu membuat saya terbiasa pergi ke antah berantah, eh, maksudnya pergi ke alamat yang sebelumnya tak saya ketahui ^^.
Buat yang profesinya sama dengan saya, atau mungkin sedang penelitian dan butuh datang ke rumah-rumah orang, yuks intip tips singkat nyari alamat rumah a la Nena Atha. Cekibrot! :D
1. Pertama, catet dulu alamat lengkap tujuanmu, dari mulai kota, desa, kelurahan, sampai RT/RW, nomor rumah, dan nama jalannya. Pokoknya selengkap-lengkapnya. Jangan malah nyatet belanjaan ya.
2. Berangkat dengan membaca basmalah, supaya dimudahkan oleh Allah. *kadang saya juga merasa dimudahkan Allah, karena sering berhenti ngacak tapi justru tepat di depan rumah yang dituju, alhamdulillaah ^^
3. Kalau sama sekali tidak tahu arah daerah itu dituju, bisa kamu pergi ke wilayah yang mencakupnya dulu. Misal kamu tahu desa itu ada di kecamatan mana, tapi kamu tidak tahu arahnya, ya sudah ke kecamatan itu dulu saja, selebihnya bisa mengandalkan info orang di jalan. *saya saranin jangan libatkan orang-orang birokrasi macam petugas kecamatan, kelurahan, dst, karena justru bisa bikin rempong. Suka ditanya-tanya dan bisa saja jadi harus terlibat proses birokrasi Indonesia yang terkenal lambreta. Hehe.. #maaf,kenyataan
4. Kalau sudah sampai daerah yang diketahui, janganlah malu bertanya karena bisa tersesat di jalan. Ya, pepatah itu memang singkat, penuh makna, dan sangat mainstream, hehe. Tip
s khusus untuk memilih orang yang ditanya ada urutannya. Usahakan carilah ibu-ibu, kalau tidak ada carilah mbak-mbak, kalau tidak ada carilah bapak-bapak, mas-mas dewasa, mbah-mbah yang masih sehat. Cari sampai mereka ketemu. Kalau tidak ketemu juga, carilah warung dan tanyalah ke tukang jualannya. Kalau perlu, sambil beli juga, biar yang jualan tambah ramah, hehe.
5. Kalau sudah dapat petunjuk dari orang yang ditanya biasanya akan semakin jelas ke mana arah harus dituju, so tinggal melanjutkan perjalanan. Kalau nanti bingung lagi, yo tanya lagi saja. Ingat, dengan rumus tadi ya.
Itulah kurang lebih tips singkat utk menemukan alamat rumah seseorang. Standar memang, tapi kadang orang susah dan berat mau menjalaninya karena pesimis duluan. Takut nyasar lah, takut orang-orang pada tidak mau menunjukkan lah. Itu sebenarnya hanyalah prasangka kita. Tanamkanlah optimisme, sehingga raut muka kita pun akan menyenangkan ketika dihadapkan dengan orang yang ditanyai. Asal kita sopan, pasti orang lain akan merespon kita dengan baik. Gagal bertanya pada satu orang jangan sampai membuat kita langsung down. Masih banyak orang baik yang mau menunjukkan jalan dengan benar. Bagaimanapun, insya Allah persentase orang baik di dunia ini masih banyak dibanding orang jahat. Yang penting bismillah dan tawakkal, hehehe..

See ya for the next post ;)

Kamis, 21 Maret 2013

Eternal: Jajanan (Kemasan) Masa Kecil Abad 20

Hmm, sore yang cerah, tidak panas, tidak dingin, sejuk. Jadi kangen sama jajanan masa kecil (gubrak :D). Ya, tiba-tiba pengen share aja tentang jajanan masa kecil abad 20, tepatnya tahun 1995an sampai 2000an. Yuks kita intip! ^_^

1. Anak Mas


Ini adalah jajanan masa kecil paling fenomenal. Rasanya umami, lebih dari enak (agak lebay emang :D). Tapi beneran enak, jajanan nomor 1 favorit saya waktu kecil. Dulu ada yang bungkusnya biru dan emas juga. Tapi yang paling enak memang yang warna merah. Sekarang udah jarang banget yang jual anak mas klasik ini. Ada yang pernah jual, tapi pas saya pesen gak ada kabar jadi jualan apa gak -_-. Dulu saya beli 250an perak. Pengen lagiii T_T

2. Mie Krip Krip


Wah, ini nih jajanan fenomenal lainnya. MIE KRIP KRIP. Widih, yang ini juga umami banget rasanya. Murah banget lagi. Dulu saya pernah menjumpai masa di mana satu bungkus Mie Krip Krip cuma Rp 50! Kalo jaman sekarang, uang 50 perak aja udah gak ada bentuknya, dulu bisa dapet jajanan ini sebungkus (meskipun cuma sekali hop langsung abis, hehe).


3. Tini Wini Biti


Ada lagi nih Tini Wini Biti. Yang ini agak mahalan sih, biasanya yang beli anak-anak kaum elite sosialita gitu (cieh, bahasanya :D). Gak kayak Anak Mas yang lebih sering saya beli, kalau Tini Wini Biti cuma saya beli kalau dikasih uang jajan lumayan banyak sama ibu. Kadang harus nunggu momen pergi bareng ortu atau pas lebaran, hehehe. Snack ini juga lumayan umami. Ada banyak rasa juga, yang paling enak yang rasa sapi panggang, heheee.

4. Mie Remez


Kalau ini udah agak hampir 2000an, gak seklasik Anak Mas maupun Mie Krip Krip. Tapi rasanya tetep ngangenin juga, apalagi sekarang udah gak ada. Kalo Anak Mas dan Mie Krip Krip jaman jajanan merakyat, kalau mie remez udah masuk jaman jajanan menengah (apasih), ya maksudnya udah masuk harga rata-rata 500 per bungkus gitu, hehe.

5. Chiki Balls (versi klasik)

Kalo yang ini masih ada sampe sekarang, cuma ganti tampilan kemasan. Sebenarnya rasanya nggak terlalu khas, tapi yang khas itu adalah hadiahnya, tazos. Dulu anak-anak pada rame banget tuh banyak-banyakan ngumpulin tazos, sampe ditumpuk-tumpuk. Saya sih waktu itu gak ikut-ikutan, soalnya chiki balls juga termasuk jajanan anak-anak elite sosialita alias harganya lumayan mahal :P

6. Kerupuk Jengkol


Kalau ini sebenernya agak kontroversial, karena ada yang gak suka. Tapi saya suka, banget malah. Kalau dulu, bungkusnya gak kayak di gambar ini, tapi rasanya sama. Hmm, sensasi jengkolnya itu, mantapks! :D

Segitu dulu postingan kali ini, nanti saya share lagi deh jajanan masa kecil yang non kemasan (bukan pabrikan). Ada lagikah yang punya kenangan jajanan masa kecil kemasan lain? ^_^

Referensi: pengalaman pribadi :)

Selasa, 19 Maret 2013

Nada Minor dalam Lagu Korea

Asslm wr wb. Semangat untuk hari ini!

Sedikit banyak saya mengamati musik. Meski sekarang saya membatasi apa yang saya dengar, pada dasarnya jiwa seni (cieh, jiwa seni :P) saya tetap ada dan terus melekat dalam diri saya.

Kelas 3 SMP (tahun ajaran 2004/2005) adalah saat dimana saya mengenal yang namanya drama korea (dramkor) berikut soundtrack-nya. Saya dibuat tergila-gila, apalagi jaman itu serialnya adalah Endless Love dan Full House yang notabene ceritanya sangat memanjakan wanita, seperti dalam mimpi (tipikal cerita dramkor). Dan saya, adalah orang yang saaangat respek dengan soundtrack film/tayangan. Jadi, kalau saya suka sebuah film/serial/tayangan, saya pasti suka juga soundtrack-nya. Itu sudah terlihat semenjak saya kecil. Dulu keluarga saya suka banget serial Yoko (kalau tidak salah judul aslinya Pendekar Ular Putih). Saya pun ikut-ikutan demam serial itu. Saya minta dibelikan kaset soundtrack-nya. Waktu itu ortu saya membelikan yang asli, sampai saya dapat hadiah kaosnya. Saya ingat banget, waktu itu kaosnya warna pink dengan sablon Yoko dan Siluman Ular Putih di bagian depannya, hehe. OK, kembali ke topik awal. Saking sukanya sama soundtrack dramkor, saya mengoleksinya. Dan mungkin, lebih dari yang lain, perlahan-lahan saya mulai mengamati gaya musik Korea (terutama jenis soundtrack). Saya heran, kenapa sih lagu-lagu Korea (terutama yang soundtrack) selalu lebih mengena daripada lagu Indonesia sendiri? Saya tidak tahu apakah ini hanya kesimpulan subjektif, tapi saya hanya akan mencoba menjelaskan dari hasil pengamatan pribadi saya.

Yang ingin saya fokuskan di sini adalah mengenai nada minor dalam lagu Korea. Nada minor sendiri adalah nada not setengah. Kalau dalam tuts piano, nada minor muncul dari tuts hitam ketika tuts putih menjadi nada utama. Yah, itu yang bisa saya jelaskan sebagai pengamat musik amatir yang tidak pernah dapat tutorial musik resmi, hehe. Dan nada minor adalah salah satu yang menurut saya membuat lagu Korea menjadi kedengaran lebih mengena, terutama untuk jenis lagu 'galau', seperti soundtrack serial2 yang mengharu biru. Dan ternyata bukan hanya lagu soundtrack yang banyak menggunakan nada minor, tetapi juga hampir seluruh lagu Korea, dari lagu solo sampai lagu girlband dan boyband. Meski saya tidak terlalu suka dengan girlband dan boyband Korea (saya hanya menjadi korban dramkor dan soundtrack), tapi dengan hanya mendengar sekilas, memang ketahuan kalau nada minor sangat menjadi ciri khas lagu Korea. Kadang saya mengira sebuah lagu Korea akan membosankan dengan dominasi nada mayornya (seperti hampir semua lagu Indonesia), tapi ketika di tengah tiba2 muncul nada minor, lagu itu jadi tidak lagi membosankan. Begitulah, ciri khas kebanyakan (hampir semua) lagu Korea.

Selain nada minor, musisi Korea juga sangat rajin memasukkan instrumen koor biola/cello dalam sebuah lagu, meskipun itu lagu up-beat. Jadi, tetap ada kesan 'mewah' dalam sebuah lagu. Daaan, koor biola itu juga yang semakin menajamkan nada minornya. Saya pun iseng mengamati lagu Indonesia, ternyata jarang banget yang musiknya ada latar belakang koor biola-nya, hanya sedikit. Yang paling sering pakai ya Gita Gutawa, karena genre lagunya memang identik dengan koor biola. Selain itu saya cuma pernah dengar lagu Sania yang duet sama penyanyi cilik Rea Tata dengan judul lagu 'Ibunda'. Itu lagu pop biasa, tapi memakai koor biola dengan sedikit sentuhan nada minor, jadi lebih mengena. Karena itulah saya suka lagu itu, apalagi lagunya tentang Ibu :').

And then, lagu Korea juga banyak yang menggunakan efek 'imut' dalam lagunya. Kenapa saya bilang 'imut', karena efek itu memang biasanya digunakan dalam lagu anak-anak. Misalnya, bunyi tetesan air, bunyi 'cling-cling'. Aduh, gimana ya nulis bunyinya? Ya pokoknya bunyi imut gitu, deh. Bahkan di lagu penyanyi laki-laki sekalipun. Tapi itu memberi efek menarik, meski tidak se-signifikan pengaruh nada minor.

Nah, inti postingan ini sebenarnya adalah, saya ingin lagu Indonesia menjadikannya sebagai inspirasi dalam bermusik, supaya lagu-lagunya tidak membosankan. Dan, sebenarnya ini saya tujukan pada nasyid di Indonesia. Kebanyakan lagu-lagu nasyid di Indonesia terlalu berkutat pada nada-nada mayor. Ada juga yang bermain di nada minor, tapi dinamikanya kurang gimana gitu, terlalu konservatif. Kalau karena faktor-faktor yang saya sebutkan di atas lagu Korea bisa banyak disukai, sepertinya kiprah lagu nasyid juga akan lebih meluas ketika dinamika musiknya lebih diperkaya lagi. Yang pertama kali orang nikmati dalam sebuah lagu adalah melodinya, baru kemudian lirik. Kalau melodinya juga sudah membosankan, berani jaminkah akan banyak yang mendengar? Mungkin bagi orang-orang yang memahami makna lirik dengan baik tak terlalu peduli dengan melodi, tetapi kalau tujuannya untuk memperluas kiprah, maka beneran deh, perlu adanya enrichment melodi dan aransemen lagu. Contoh nasyid yang sudah kaya dinamika melodi dan aransemennya adalah nasyidnya Maher Zain, tapi kan itu munsyid luar negeri, terus Indonesia? :)

Alhamdulillah, kegilaan saya pada Korea mulai surut semenjak kuliah, terutama saat semester2 akhir, ketika proses terus menggodok saya agar dapat menjadi lebih baik. Saat ini saya masih menonton dramkor, tapi hanya sebatas selingan belaka dan menontonnya pun kalau sempat dan benar2 waktunya luang, longgar, lebar. Kalau dulu saat SMA, saya bela-belain nyewa vcd dramkor di rentalan dan nonton per hari sampai 3 jam nonstop (kacau banget -_-). Sekarang boro-boro. Seminggu bisa cuma satu episode, kalau pas lagi kumat pengennya. Lagu-lagu koleksi dari jaman ababil juga masih #terpampangnyata di arsip laptop, tapi alhamdulillah cuma dilirik kalau pas lagi 'kumat' minta selingan (haduh, -_-). Kalau dulu, playlist audio player laptop penuh dengan soundtrack dari berbagai macam dramkor (masa lalu yang kacau :|). Diambil untungnya saja, jadi bisa kasih masukan buat nasyid Indonesia. HIDUP NASYID! ALLAHU AKBAR! ^_^ Dan untuk passion pada Korea, sekarang lebih banyak saya salurkan pada bahasa dan huruf hangeulnya. Bukan lagi pada soundtrack dramkor, apalagi boyband dan girlband -_-. Konsen passion pada bahasa dan hangeul lebih edukatif dan tidak mubazir. Siapa tahu bisa jadi ladang profesi atau jembatan menuju level akademik yang lebih tinggi. Memudahkan saya meraih gelar master di sana mungkin? Aamiin.. ^_^

That's all. Tirulah yang baik, lupakan yang buruk. Hamachan, Hamagan! (Hamasah Cantik, Hamasah Ganteng!)

See ya
Wsslm wr wb

Sabtu, 16 Maret 2013

Motivate Yourself (Edisi Era Mahasiswa)



Selamat, semangat, dan berjuang untuk hari ini! :D

Kali ini saya akan posting mengenai motivasi untuk ‘belajar’ yang 2 tahun yang lalu pernah saya sampaikan di depan mahasiswa baru jurusan Kesmas dan Gizi Unsoed dalam sesi training softskill singkat pada rangkaian acara orientasi mahasiswa atau yang lebih dikenal sebagai ospek. Materi ini benar-benar saya dedikasikan untuk mereka, atau mungkin kalian yang sekarang sedang membaca, para mahasiswa baru di segala bidang ilmu, lebih banyak berdasarkan pengalaman saya selama menjadi mahasiswa kesmas. Ok, let’s cekidot!

Untuk mengawali postingan ini—sesuai dalam materi yang saya sampaikan—saya akan menjelaskan dulu pengertian dari mahasiswa. Mahasiswa adalah sekelompok masyarakat terpilih yang memiliki masa depan yang strategis sebagai calon pemikir, pelaksana dan pemimpin untuk dapat  mengarahkan, mengembangkan dan membimbing cara hidup berbangsa dan bernegara. Kelihatan yang dicetak tebal? That’s the main point! Yup, mahasiswa itu dibentuk untuk bisa ‘berpikir’, namun juga sekaligus dapat ‘melaksanakan’, ‘memimpin’, ‘mengarahkan’, ‘mengembangkan’, dan ‘membimbing’ masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara—atau lebih luas, dalam hidup sebagai manusia. Wow, hebat banget ya, mahasiswa itu. Kalau yang sudah lulus, berarti seharusnya sudah layak dong untuk melakukan tugas yang hebat itu (wah, saya jadi kesindir sendiri ini :D). Jadi kalau ada sarjana yang bisanya mikir doang, ngemeng doang, nyuruh-nyuruh doang, tapi tidak bisa melaksanakan, mengembangkan, atau membimbing orang lain, berarti gelar sarjananya perlu dipertanyakan itu... ^_^

Lalu, kenapa sih mahasiswa tidak disebut sebagai siswa saja seperti waktu SD, SMP, atau SMA? Kan sama-sama sekolah. Betul, mereka sama-sama sekolah, belajar, diajarin sama orang, tapi pada dasarnya mahasiswa adalah siswa yang sudah ‘maha’. Mereka dituntut mandiri, memilih alur belajar mereka, menentukan sendiri berapa lama mereka akan sekolah, dsb. Intinya, mahasiswa adalah siswa yang sudah dewasa, yang tak perlu didikte lagi dalam menjalani kehidupannya di perkuliahan.

Kemudian mengenai pilihan jurusan, seorang yang akan masuk kuliah diharuskan memilih jurusan yang paling ia cenderungi—entah karena suka, bercita-cita, atau merupakan mimpinya. Tetapi yang sering menjadi masalah adalah, pilihan jurusan seorang mahasiswa banyak yang bukan merupakan pilihannya sendiri, seperti pilihan orang tua, ikut-ikutan teman, atau bahkan ikut-ikutan trend. Lalu bagaimana kalau terlanjur tercebur dalam satu jurusan? Sebelum terlanjur tercebur, bagi teman-teman yang belum menjadi mahasiswa, akan lebih baik jika dari awal kalian mencari referensi tentang berbagai jurusan dan tentukan jurusan mana yang paling cocok dengan minat dan potensi kalian. Tetapi bagi yang sudah terlanjur tercebur, maka secara perlahan, terimalah pilihan itu dengan baik. Mungkin awalnya sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Carilah hal menarik atau poin dari bidang ilmu itu yang cocok dengan minat dan potensi kalian, sehingga kalian bisa mengikatkan diri dengan keterkaitan itu. Dan jangan pernah menganggap ada ilmu yang lebih baik dari ilmu lain. Misalnya, ilmu kedokteran dianggap lebih baik dair ilmu ekonomi, atau ilmu ekonomi dianggap lebih baik dari ilmu pertanian. Teman-teman, tidak ada hal seperti itu, semua ilmu sama, selama kita benar-benar total mempelajarinya dan memanfaatkan ilmu itu dengan baik untuk kehidupan bermasyarakat. Apakah dunia ini akan tetap berjalan jika semua orang menjadi dokter? Atau apakah dunia ini akan tetap berjalan jika semua orang menjadi pedagang? Terimalah. Jalanilah. Jika kalian merasa terjebak karena bidang ilmu lain sebenarnya lebih kalian sukai (karena hobi, dsb) maka pelajarilah ilmu itu di luar perkuliahan. Ini yang peru dicatat baik-baik, tidaklah mutlak bahwa ilmu harus dipelajari di bangku sekolah atau perkuliahan. Kalian bisa mempelajarinya di mana saja, asal ada kemauan dan kesungguhan. Misalnya, kalian adalah mahasiswa pertanian, tetapi sebenarnya sangat hobi menulis (jurnalistik). Maka tidak menjadi masalah jika kalian mengembangkan potensi menulis melalui media-media di luar perkuliahan, seperti organisasi, komunitas, atau kalian belajar sendiri (otodidak). Justru dengan begitu, terkadang seseorang bisa memiliki dual profesi, misalnya seorang agrobisnis yang juga novelis. Sangat banyak contoh nyatanya. Kalian kenal Deddy Mizwar? Beliau adalah salah satu senias hebat di Indonesia. Tapi apakah beliau lulusan jurusan seni? Tidak. Justru beliau adalah sarjana farmasi, yang kurikulum mata kuliahnya adalah mengenai jenis-jenis obat, cara meracik obat, dan bagaimana membaca resep. Apakah kemudian ia tidak dapat menyalurkan potensinya dan terjebak hanya menjadi seorang apoteker? Tidak. Justru jiwa seninya sangat teraktualisasi. Do you catch it? J

Jika hati telah mantap untuk menjalani perkuliahan dengan baik, lalu kemudian persoalannya adalah bagaimana kiat-kiatnya dalam belajar, maka inilah beberapa poin yang bisa saya sampaikan berdasarkan pengalaman pribadi selama kuliah:
1.    Kiat pertama: tanamkan keyakinan yang kuat bahwa semua ilmu itu bermanfaat. Tidak ada istilah ilmu kedokteran lebih baik dari ilmu pendidikan, atau ilmu ekonomi lebih baik dari ilmu sosiologi. SEMUA SAMA.
2.    Kiat kedua: munculkan ketertarikan pada ilmu yang akan kamu pelajari. Ketahui kelebihan-kelebihannya, sehingga kamu menyukainya.
3.    Kiat ketiga: tanamkan niat untuk belajar.
4.    Kiat keempat: duduk tegak atau posisi tubuh agak maju ketika dosen sedang mengajar.
5.    Kiat kelima: mencatat!
6.    Kiat keenam: segera tanyakan sesuatu yang tidak kamu tahu. Kalau dosen tidak memberi kesempatan bertanya, serahkan pertanyaanmu pada Mbah Google.
7.    Kiat ketujuh: hilangkan kantuk dengan cuci muka, corat-coret buku sebentar, atau bertanya pada dosen—pertanyaan apapun.
8.    Kiat kedelapan: cari hal menarik jika dosen yang mengajar, maaf, membosankan. Apa saja—tapi harus tetap memperhatikan kuliahnya dengan baik.
9.    Kiat kesembilan: hiasi/bentuk buku catatan menjadi menarik utk dibaca.
10. Kiat kesepuluh: usahakan datang lebih awal dan duduk di barisan depan.

Selama perkuliahan, saya memang menjalani 10 kiat itu, dan alhamdulillah semua dapat berjalan dengan baik. So guys, belajarlah dengan baik selama kalian masih dalam masa untuk belajar. Kehidupan itu memiliki step-stepnya tersendiri. Akan menjadi lebih nyaman jika kita rapi dalam menjalani setiap step-nya, tidak akan melanggar sana-sini.



Semoga bermanfaat!
Selamat, semangat, dan berjuang untuk hari ini! :D