Selasa, 09 Desember 2014

Mulai Saat Ini, Apapun yang Terjadi Aku Akan Berusaha Selalu Tersenyum di Hadapanmu

Begitu banyak kebahagiaan yang kau buat untukku. Candaan untuk orang yang kaku sepertiku, celetukan di kala dingin suasana menerpa, dan ketenangan khas seorang suami yang kau hadirkan untukku.

Keikhlasanmu membantu mengurangi kerepotan seorang ibu rumah tangga. Menyapu, mengepel, mencuci, menjemur, menyetrika. Kau pernah bilang kredibilitasmu bisa turun jika orang lain melihat seorang dengan perawakan sepertimu tengah menjemur baju, lalu kita tertawa bersama-sama.

Demi buah hati yang masih ada dalam kandunganku, kau rela menguras tenagamu untuk mengantar jemputku ke tempat kerja. Saat kau keceplosan bilang lelah, kadang aku merasa bersalah. Tapi bagaimana? Aku juga tak memintanya untuk diriku, tapi untuk buah hati kita.

Ah, banyak sekali yang telah kau lakukan untukku. Tak bisa kusebutkan satu per satu.

Karena keceriaanmu itulah, di saat kau tiba-tiba diam dan merenung sendiri, semua jadi sangat terasa menyedihkan bagiku. Biasanya aku segera mengintrospeksi diri. Kesalahan apa yang telah aku lakukan? Ku-rewind semua kejadian sebelumnya. Setelah kuingat-ingat, ternyata itu adalah kesalahan kecil yang sering aku lakukan. Namun aku tak tahu kenapa aku sering mengulanginya, dan kau pun selalu meresponnya dengan hal yang sama. 

Kadang aku tidak terima. Merasa egomu terlalu tinggi. Kenapa aku terus yang disalahkan, sementara aku melakukannya bukan tanpa alasan. Ketika aku marah duluan, selalu berujung dengan tingkahmu berdiam.

Saat emosiku sudah stabil barulah aku bisa berpikir jernih. Kenapa aku begini? Siapa diriku? Aku adalah seorang istri, yang punya kewajiban terhadap suaminya. Apapun yang terjadi, siapapun yang tak sengaja melakukan kesalahan, tak seharusnyalah aku marah dan meninggikan egoku di hadapanmu. Bukan karena aku budak, tetapi karena kau adalah suamiku. Imamku. Pemimpinku.

Semua perbuatan yang kulakukan adalah tanggunganmu. Ketika aku melakukan kesalahan, yang pertama dimintai pertanggungjawaban adalah dirimu, bahkan bukan diriku sendiri. Begitu berat tanggung jawabmu atas diriku.

Jika sudah begitu, hanya tangis yang keluar dari kedua mataku. Ingin kupeluk dirimu saat itu juga, meski kadang saat itu kau masih berdiam dan terkesan menghindar. Aku pun memilih sabar. Sabar sampai kau kembali seperti biasanya. Sabar sampai kau kembali mencandaiku. Sabar sampai kau kembali menampakkan sikap penuh perhatianmu.

Wahai istri, janganlah tinggi hati. Siapapun yang kau rasa bersalah atas konflik yang terjadi antara dirimu dan suamimu, minta maaflah terlebih dulu. Itu tidak akan mengurangi kemuliaanmu, justru begitulah sikap seorang istri mulia.

Dan, jangan pernah munculkan setiap konflik itu ke permukaan. Karena solusi bukan berada di luar, tapi di dalam rumah tanggamu sendiri, hanya antara kau dan suamimu. Jangan sampai hanya karena konflik kecil maka aib suamimu malah menjadi tersebar ke segala penjuru. Karena bisa jadi itu bukan kesalahannya, tapi kesalahanmu. Takutlah akan dosa yang akan kau tanggung karena hal itu.

Mulai Saat Ini, Apapun yang Terjadi Aku Akan Berusaha Selalu Tersenyum di Hadapanmu :)

Jumat, 26 September 2014

Kebencian Bukan Hewan Peliharaan


Kebencian bukan hewan peliharaan.
Ia tidak perlu dijaga.
Jika kita membenci seseorang karena kesalahannya, maka lihatlah kebaikannya. Mungkin saja kesalahan yang kita benci itu hanya secuil kekurangannya. Dan jika dibandingkan dengan kebaikannya, itu tidak ada apa-apanya.

Kebencian bukan hewan peliharaan.
Ia tidak perlu disayang-sayang.
Jika kita membenci seseorang karena kesalahannya, maka usutlah latar belakangnya. Apa yang membuat ia melakukan kesalahan itu? Mungkin ia hanya sedang khilaf, atau ia sedang ada masalah, atau ia sedang dalam tekanan, atau penyebab lain yang mengindikasikan bahwa ia sebenarnya tak pernah ingin melakukan kesalahan itu. Dan jika kita tahu latar belakang kesalahannya adalah sebagai akibat sesuatu yang sedang menimpanya, yang ia perlukan bukan kebencian, tapi doa tulus dari kita.

Kebencian bukan hewan peliharaan.
Ia tidak perlu diberi makan.
Jika kita membenci seseorang karena kesalahannya, maka pada akhirnya bercerminlah pada diri sendiri. Apakah kita tak pernah melakukan kesalahan? Sehingga kita merasa lebih baik dan berhak membencinya begitu lama.

Kebencian bukan hewan peliharaan.
Ia tidak perlu ditumbuhkembangkan.
Kita boleh membenci dengan alasan kebencian yang benar. Tapi segeralah hentikan kebencian itu dengan doa. Doakan orang yang tadinya kita benci. Doakan agar ia menjadi lebih baik. Doakan yang terbaik untuknya. Dengan doa itu, kebencian kita akan luruh, lepas, dan tak terpelihara lagi dalam diri kita. Karena kebencian yang dipelihara hanya akan membuat hati kita tergerogoti, dan semua kebaikan yang ada pada diri orang yang kita benci akan tetap terlihat buruk di mata kita. Padahal mungkin ia sudah berubah, dan melakukan kebaikan itu dengan tulus. Bukankah akhirnya kita yang menjadi berdosa?

Kita tidak sedang membicarakan kebencian pada maling, pemerkosa, pezina, dan penjahat serta pendosa lainnya. Yang kita bicarakan di sini adalah kebencian pada mereka yang tadinya berhubungan baik-baik atau biasa saja dengan kita. Jangan jadikan kebencian pada mereka sebagai hewan peliharaan. Karena ia hanya akan menggigit hatimu, mencabiknya, dan memakannya sampai habis.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

Selasa, 16 September 2014

Pendampingan Beasiswa September: Ingat Tujuan Belajar

Pendampingan beasiswa merupakan kegiatan bulanan bagi penerima beasiswa SMA PKPU. Kegiatan pendampingan berupa evaluasi akademis, kegiatan di luar sekolah, dan aktivitas ibadah para penerima beasiswa setiap bulan. Selain itu, pada setiap pertemuan para penerima beasiswa juga diajak untuk mengikuti materi atau diskusi dengan tema yang berbeda-beda.

Pengarahan untuk Games Pendalaman Perkenalan

Pada pendampingan bulan September ini, para penerima beasiswa diajak berdiskusi bersama untuk memecahkan masalah yang biasa dihadapi mereka dalam kegiatan belajar di sekolah. Masalah yang didiskusikan diambil dari keterangan yang mereka tulis sendiri di buku evaluasi bulanan yang dipegang masing-masing. Masalah tersebut di antaranya malas belajar, menghadapi mata pelajaran yang sulit, dan sebagainya. Dari hasil diskusi, para penerima beasiswa dapat mengambil kesimpulan bahwa ketika belajar mereka harus mengetahui tujuan jangka pendek dan jangka panjangnya, sehingga mereka terus termotivasi untuk belajar lebih giat lagi, meskipun malas atau mata pelajaran dirasa sulit.

Foto Bersama

Selain berdiskusi, mereka juga diajak untuk mengenal teman-temannya sesama penerima beasiswa lebih dalam. Mereka bermain games menghafal nama dan ciri khas masing-masing teman mereka. Suasana menjadi ceria ketika mereka tertawa riang mengikuti permainan yang dibuat menarik. Tidak lupa, mereka membawa setoran tabung peduli yang disebarkan masing-masing. Dengan tabung peduli, para penerima beasiswa belajar membantu teman-teman lainnya yang sama-sama membutuhkan. Kegiatan pun diakhiri dengan makan bersama. Meskipun hanya camilan sederhana, tetapi tetap menyenangkan karena mereka makan sambil mengobrol akrab.

Minggu, 31 Agustus 2014

5 Weeks Being The Real Housewife

Hmm, sudah mulai menikmati rutinitas sebagai ibu rumah tangga, tapi hari mulai masuk kerja sudah di depan mata. Menyiapkan sarapan untuk suami, menyaksikan keberangkatannya, lalu mulai membersihkan rumah, memasak, tidur siang, menunggu suami pulang, membaca buku, menghabiskan sore hari bersama suami (berjalan-jalan atau menonton TV di rumah saja), dan malamnya berkumpul bersama anak-anak tetangga.

Rutinitas itu mungkin akan tetap terlaksana ketika aku sudah masuk kerja, tapi pasti jadwalnya akan berubah, dan durasinya akan berkurang. Aku harus membiasakan lagi masak dan membersihkan rumah langsung sehabis subuh, baru bisa rehat di penghujung hari.

Umm, sebenarnya bukan masalah tenaga yang lebih terkuras, tetapi suasananya itu. Tinggal di rumah full selama 5 minggu membuat aku seperti benar-benar merasakan peran sebagai seorang istri, dan calon ibu, dengan adanya dede bayi dalam rahimku. Subhanallaah, setelah 7 bulan menantikan kehadirannya, alhamdulillaah Allah memberikan kepercayaan kepada aku dan suamiku untuk memegang amanah ini. Semoga kamu tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa cacat lahir batin ya, Nak... J

Dan adanya dede bayi itulah yang menjadi alasan kenapa aku diberi libur kerja begitu panjang dari Pak Bos. Yah, ada suatu hal yang membuatku harus banyak istirahat selama kehamilan trimester pertama. Setelah dua minggu libur pasca lebaran, Pak Bos memberiku libur tambahan selama 3 minggu untuk benar-benar memastikan aku dan dede bayi sehat. Aku sangat berterima kasih pada Pak Bos dan teman-teman di kantor yang sudah memberikan pengertian terhadap kondisiku. Terharu :’)

Meskipun berat harus ‘melepas’ rutinitasku sebagai ‘the real housewife’, tapi aku juga sudah rindu kembali bertemu dengan para mustahik PKPU yang pasti menunggu program-program kami selanjutnya. Aku kangen berkumpul dengan para ibu-ibu anak yatim dan teman-teman penerima beasiswa, dan pastinya merindukan bekerja bersama keluarga PKPU Purwokerto.

So, bersiaplah untuk kembali beraktivitas sebagai amilin mulai Senin besok, Nena. Dan tetap jangan abaikan peran sebagai housewife ya. Semoga lebih baik semua-muanya! :D