Iman seseorang itu naik-turun..
Ya, iman seseorang naik dan turun. Seperti baterai ponsel,
atau baterai laptop. Kalo tidak dicharge, bisa bahaya. Bakalan mati ti ti...
hehehe.
Terkadang kita tidak sengaja menemukan charger itu di
saat-saat dan tempat yang tidak terduga. Dan ini, mungkin saja karena Allah
masih peduli dengan kita, dan ingin kondisi iman kita kembali naik. Misalnya,
ketika kita benar-benar futur, tiba-tiba dosen di kelas menyelipkan suatu
nasihat di sela-sela materi kuliah. Dan nasihat itu... jleb! Menembus kalbu
kita. Hingga kita sadar, “oh iya ya... dari kemaren gua kemane aje? Tilawah gak
jalan, shalat buru-buru, qiyamul lail apalagi...”
Contoh lain, misalnya kita sedang benar-benar futur, lalu
kewajiban sebagai panitia memaksa kita ikut mendengarkan ceramah di acara yang
kita selenggarakan. Dan subhanalloh... ternyata pembicaranya seorang trainer
berpengalaman yang ceramahnya sangat hipnotik. Begitu selesai mendengarkan
ceramah, badan serasa bugar kembali, hati serasa plong, dan kita pun berteriak
dalam hati “SEMANGAT!!!”
Well, charger-charger yang kita temukan secara tidak
sengaja itu bukan tanpa rencana Allah. Kita masih SANGAT BERUNTUNG jika dalam
kondisi futur, Allah masih memperkenankan kita menemukan sebuah charger untuk
memenuhi kalbu kita yang kosong iman. Bagaimana kalau Allah tidak mempertemukan
kita dengan charger itu??? Hanya usaha untuk memperbaiki diri yang bisa
digunakan untuk memperbaiki iman kita. Tapi, saya akui, itu saaaaangat sulit,
KECUALI kita benar-benar berusaha sekuat tenaga karena kita sadar kita tidak
boleh berlarut-larut dalam lembah ke-futur-an. Bisikan syaithan
berhembus-hembusan, kawan ammah memanggil-manggil untuk ber-hedon ria, banyak
kenikmatan dunia yang menggoyahkan...
Hhh... manusia. Itulah seninya. Kalau imannya lurus-lurus
saja, berarti kita bukan manusia, tapi malaikat. Padahal kita punya nafsu dan
diciptakan dari tanah, bukan tidak punya nafsu dan diciptakan dari cahaya.
Tapi, bukan berarti kita mentolerir seni ke-futur-an hingga berkepanjangan.
Hiasi seni itu dengan terus berusaha memperbaikinya.
SULIT itu beda lho dengan TIDAK BISA. Bedakan kalimat ini:
“aku kesulitan mengerjakan soal ini” dan “aku tidak bisa mengerjakan soal ini”.
Do you catch it?
Ya, dalam kalimat yang menggunakan kata sulit, MASIH ada
kemungkinan orang itu mencapai keberhasilan atas usahanya. MASIH ADA HARAPAN
walau sedikit. Tapi, dalam kalimat yang menggunakan kata TIDAK BISA, orang yang
mengatakannya berarti telah memutuskan untuk MENYERAH. TIDAK ADA HARAPAN.
Jadi, jika mengembalikan kondisi iman itu SULIT, maka itu
bukan berarti TIDAK BISA. Ayo usaha terus! Masih ada kemungkinan berhasil meski
hanya dengan 1% kemungkinan. Dan Allah itu Maha Tahu siapa hamba-Nya yang
benar-benar berusaha. Mungkin saja usaha kita mengembalikan kondisi iman tidak
membuahkan hasil, tetapi karena Allah Melihat kesungguhan kita, Dia
mempertemukan kita dengan sebuah charger iman.
So, naik-turunnya iman itu adalah sebuah kenormalan. Tetapi
kenormalan itu bukan untuk disepelekan. Mari bangun dari ke-futur-an, dan
temukan charger-charger iman yang berserakan di bumi ini.
We are one because of Islam, Keep spirit because of Allah
Allahu akbar!
_Catatan 1 Juni 2012_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar