Dulu, saya menulis dengan cara mencari celah di antara kesibukan kuliah dan berorganisasi. Saat ini, saya menulis dengan cara mencari celah di antara kesibukan bekerja di PKPU dan menjalankan bisnis kreasi flanel Istana Atha Creative (tetep promo ke mana-mana, hehe).
Saat itu menjelang lebaran. PKPU sedang sibuk-sibuknya mengadakan program dan penghimpunan. Bisnis flanel saya juga alhamdulillah sedang ramai, saat itu lagi happening banget toples hias flanel buat lebaran, kebanyakan dikirim ke luar Jawa lagi, jadi ngurusin ngirim-ngirimnya juga lumayan menyita waktu & tenaga. Lalu saya melihat pengumuman lomba menulis sinopsis film pendek di facebook. Lomba itu diadakan oleh Oz Radio Jakarta, dan belakangan baru tahu kalau Oz Radio juga kerjasama dengan SAE Institute dan OPPO Smartphone. Di pengumuman itu disebutkan, kalau sinopsis kita masuk 10 besar, maka sinopsis itu harus difilmkan. Saya langsung tertarik dan menyimpan info tersebut di lepi saya. Kebetulan saya langsung teringat dengan stok cerpen yang saya punya, cerpen itu cocok untuk diikutkan lomba itu. Namun karena kesibukan kerja dan bisnis, akhirnya saya baru mengirim cerpen yang saya jadikan sinopsis tepat saat deadline pengiriman. Fiuh, hampir saya nggak jadi ikutan, hehe.
Selang beberapa waktu kemudian, saya lupa tepatnya, kayaknya sih nggak sampai sebulan, saya di-sms panitia kalau sinopsis saya itu masuk 10 besar. Masya Allah, antara percaya nggak percaya, saya cuma bisa berucap alhamdulillaah berkali-kali saat itu. Lalu beberapa hari kemudian saya mendapat email formulir data finalis yang harus diisi. Dan ternyata harus tim, maksimal lima orang. Saya yang tadinya ikut lomba sendirian, akhirnya mencari teman untuk saya jadikan tim. Langsung saja saya cari teman-teman yang bisa pegang kamera alias nyuting, yang bisa bantu-bantuin, dan jelas yang bisa akting. Melalui audisi panjang dan ketat (ciaelah, nggak ding, hehe), akhirnya saya mengajak Kang Aria yang notabene temen kerja di PKPU, Diah Adni, Dany Dwi, dan Galuh Chandra. Tiga orang terakhir adalah adik-adik kelas saya sewaktu kuliah, dan dulunya sama-sama aktif di Unit Kerohanian Islam (UKI) Kesmas Unsoed.
Tanggal 11 September pun akhirnya kami berlima diminta berangkat ke Jakarta untuk mengambil handphone OPPO yang akan digunakan untuk merekam film dan mendapat pengarahan teknik pembuatan film dari SAE Institute. Dengan memperhitungkan budget yang ada, akhirnya kami cuma berangkat berempat, saat itu saya memutuskan supaya Dany nggak ikut dulu. Saya yang (jujur banget) masih awam dengan Jakarta sempat ser-seran juga, nanti di sana gimana ya, gimana ya, gimana ya, haha. Tapi untung bos saya di PKPU orang asli Jakarta, jadi bisa bantu-bantu meredakan kebingungan saya dan teman-teman, hehe. Bahkan, karena lokasi pengambilan handphone dan pengarahan ada di FX Sudirman Senayan, Jaksel, kamipun akhirnya memilih menginap di rumah orang tua Pak Bos saya yang kebetulan di Jaksel juga, tinggal naik kopaja sama busway saja kalau mau ke FX. Alhamdulillaah, kalau Allah sudah memberi kemudahan, mau ke mana saja, mau ngapain saja, Dia pasti memberikannya :)
Jadilah saya, Kang Aria, dan Galuh berangkat bertiga dari Purwokerto menggunakan bus--karena keabisan kereta ekonomi. Kebetulan Diah orang Tangerang dan saat itu lagi mudik, jadi dia nyusul berangkat dari Tangerang langsung ke FX. Saat itu kami berangkat malem abis maghrib, lalu sampai Terminal Lebak Bulus jam 4 pagi. Setelah selesai sholat shubuh, kita langsung capcus naik Kopaja P26, turun di perempatan Buncit (itu juga naik-naik kendarannya hasil boleh nanya ke Pak Bos, hihihi). Dari perempatan Buncit kita lanjut naik Kopaja 57, turun di mushola deket PLN Duren Tiga, Jaksel. Dan saat naik kopaja-kopaja itulah saya baru tahu betapa kejamnya hidup di ibukota (hehe, lebay). Kenek & sopirnya menyeramkan, kesannya nggak menghargai penumpang banget. Padahal kalau nggak ada yang naik juga mereka nggak dapat duit kan (emosi ceritanya, wkwk). Tapi alhamdulillaah, Allah masih memberi kita kemudahan untuk nggak nyasar dan langsung nemuin rumah orangtuanya Pak Bos. Sesampainya di sana kita langsung duduk & ngelurusin kaki. Ibunya Pak Bos langsung membuatkan teh manis hangat. Hmm, baiiik banget pokoknya, hehe.
Singkat cerita, jam 1 siang akhirnya kita berhasil duduk manis di dalam salah satu ruang kuliah SAE Institute, yang emang kampusnya satu building dengan mall FX Sudirman. Dari Duren Tiga ke sana kita naik Kopaja 57, turun di Blok M, lalu naik busway turun di halte Gelora Bung Karno. Saat itu kita benar-benar happy karena kita benar-benar dipinjami hape OPPO seri yang paling canggih saat itu (sebelum OPPO N1 keluar) yaitu OPPO Find 5. Hape itu ceritanya dipinjamkan untuk digunakan sebagai alat merekam adegan dalam film. Selain diserahi hape, kita juga mendapat pengarahan cara menggunakan hapenya dan pengarahan teknik pembuatan film dari dosen-dosen SAE. Saat itulah kita bener-bener yang hah? heh? hoh? mendengar penjelasan dari dosen-dosen SAE itu, terutama saat dosen kedua menjelaskan tentang teknik pengambilan gambar, mulai dari Long Shoot, Close Up, Extreme Close Up, Till Up, Till Down, Roll depan, Roll belakang, eh dua yang terakhir itu ngawur, wkwk. Kita berempat yang saat itu masih bener-bener 'iye-iye aja' merasa sangat asing dengan itu semua. Dan mulai minder saat ada beberapa teman finalis dari tim lain yang menyahut sang dosen dengan tangkasnya. Wow, mereka udah pada akrab sama teknik gitu-gituan, sementara kita? Saat itu saya hampir pengen merosot dari kursi, hehehe.
Keluar dari ruangan, perasaan berkecamuk antara lega dan ragu. Tapi kita tetap ada rasa optimis sih, soalnya waktu itu dikasih tahu panitia kalau seandainya kita nggak jadi Juara 1, 2, atau 3, kita tetap akan mendapat hadiah hape OPPO meskipun serinya lebih rendah. Jadi lumayan nggak khawatir kalau seandainya kalah, jauh-jauh dari Purwokerto kita tetap bisa bawa pulang hadiah dari Jakarta. Itu pikiran saya yang terlintas saat itu, hehehe.
Malamnya kami langsung capcus pulang ke Purwokerto. Kejadian unik, aneh, memalukan namun lucu kembali terjadi saat perjalanan pulang. Karena kita keluar dari FX tepat saat jam pulang kerja, akhirnya busway pun penuh terus. Dalam kondisi crowded seperti itu, kita sempat salah naik kopaja eksekutif (hadeh, ehehe), soalnya kopaja eksekutifnya saat itu berhenti di halte busway juga, jadi kita kira itu busway longgar, wkwk. Dengan muter-muter dulu, akhirnya kita tetap bisa sampai juga di terminal Lebak Bulus, tapi memang sudah kemaleman, waktu itu kita sampai jam setengah 9 malam. Bus-bus sudah pada berangkat & terminal sudah sepi. Dan akhirnya kita kena calo bus deh =_=. Masa kita disuruh bayar tiket Jakarta-Purwokerto 195ribu??? Subhanallah, emangnya kereta bisnis??? Saya pun nawar 75ribu, eh nggak boleh. Setelah negosiasi (saat itu saya sok berani, padahal dalam hati takut, takut diancem =_=) akhirnya dibolehin 100ribu. Kami pun masuk bus dengan perasaan setengah lega. Yah, nggak papalah bayar lebih banyak yang penting sampai rumah, pikir kita saat itu.
Tapi memang dari awalnya sudah nggak jelas, busnya pun ternyata rutenya muter-muter dulu. Berhenti-berhenti terus pula di terminal lain. Di Kampung Rambutan bahkan ngetem lama lagi. Sampai kita sempet dipalak preman ABG, haduduu. Dengan gaya sok berani (lagi), Kang Aria dan Galuh berhasil mengusir mereka hanya dengan 2ribu perak, hehehe. Dan bukan hanya itu, sesampainya di terminal Kota Tegal kita diminta turun. Tiket kita dicek, dan ternyata di tiket kita cuma ditulis kalau kita naik sampai Tegal. Subhanallah, saking kurang pengalamannya kita, kita nggak ngecek tiket kita ditulis untuk sampai di tujuan mana. Meskipun kita sempat bersitegang dengan penanggung jawab busnya, akhirnya kita tetap mengalah dan memutuskan mencari bus lain untuk melanjutkan perjalanan ke Purwokerto. Keluar uang lagi deh, hadeeh. Dan dengan perjalanan sepanjang itu, akhirnya kita baru sampai di Purwokerto jam 10 pagi. Bayangkan, 13 jam perjalanan di dalam bus hanya untuk menempuh dari Jakarta ke Purwokerto =_=.
But, still alhamdulillaah bisa kembali dengan selamat di kota tercinta. Dan masih bisa menceritakan pengalaman ini ke teman-teman :D
To be continued :)