Asslm wr wb. Semangat untuk hari ini!
Sedikit banyak saya mengamati musik. Meski sekarang saya membatasi apa yang saya dengar, pada dasarnya jiwa seni (cieh, jiwa seni :P) saya tetap ada dan terus melekat dalam diri saya.
Kelas 3 SMP (tahun ajaran 2004/2005) adalah saat dimana saya mengenal yang namanya drama korea (dramkor) berikut soundtrack-nya. Saya dibuat tergila-gila, apalagi jaman itu serialnya adalah Endless Love dan Full House yang notabene ceritanya sangat memanjakan wanita, seperti dalam mimpi (tipikal cerita dramkor). Dan saya, adalah orang yang saaangat respek dengan soundtrack film/tayangan. Jadi, kalau saya suka sebuah film/serial/tayangan, saya pasti suka juga soundtrack-nya. Itu sudah terlihat semenjak saya kecil. Dulu keluarga saya suka banget serial Yoko (kalau tidak salah judul aslinya Pendekar Ular Putih). Saya pun ikut-ikutan demam serial itu. Saya minta dibelikan kaset soundtrack-nya. Waktu itu ortu saya membelikan yang asli, sampai saya dapat hadiah kaosnya. Saya ingat banget, waktu itu kaosnya warna pink dengan sablon Yoko dan Siluman Ular Putih di bagian depannya, hehe. OK, kembali ke topik awal. Saking sukanya sama soundtrack dramkor, saya mengoleksinya. Dan mungkin, lebih dari yang lain, perlahan-lahan saya mulai mengamati gaya musik Korea (terutama jenis soundtrack). Saya heran, kenapa sih lagu-lagu Korea (terutama yang soundtrack) selalu lebih mengena daripada lagu Indonesia sendiri? Saya tidak tahu apakah ini hanya kesimpulan subjektif, tapi saya hanya akan mencoba menjelaskan dari hasil pengamatan pribadi saya.
Yang ingin saya fokuskan di sini adalah mengenai nada minor dalam lagu Korea. Nada minor sendiri adalah nada not setengah. Kalau dalam tuts piano, nada minor muncul dari tuts hitam ketika tuts putih menjadi nada utama. Yah, itu yang bisa saya jelaskan sebagai pengamat musik amatir yang tidak pernah dapat tutorial musik resmi, hehe. Dan nada minor adalah salah satu yang menurut saya membuat lagu Korea menjadi kedengaran lebih mengena, terutama untuk jenis lagu 'galau', seperti soundtrack serial2 yang mengharu biru. Dan ternyata bukan hanya lagu soundtrack yang banyak menggunakan nada minor, tetapi juga hampir seluruh lagu Korea, dari lagu solo sampai lagu girlband dan boyband. Meski saya tidak terlalu suka dengan girlband dan boyband Korea (saya hanya menjadi korban dramkor dan soundtrack), tapi dengan hanya mendengar sekilas, memang ketahuan kalau nada minor sangat menjadi ciri khas lagu Korea. Kadang saya mengira sebuah lagu Korea akan membosankan dengan dominasi nada mayornya (seperti hampir semua lagu Indonesia), tapi ketika di tengah tiba2 muncul nada minor, lagu itu jadi tidak lagi membosankan. Begitulah, ciri khas kebanyakan (hampir semua) lagu Korea.
Selain nada minor, musisi Korea juga sangat rajin memasukkan instrumen koor biola/cello dalam sebuah lagu, meskipun itu lagu up-beat. Jadi, tetap ada kesan 'mewah' dalam sebuah lagu. Daaan, koor biola itu juga yang semakin menajamkan nada minornya. Saya pun iseng mengamati lagu Indonesia, ternyata jarang banget yang musiknya ada latar belakang koor biola-nya, hanya sedikit. Yang paling sering pakai ya Gita Gutawa, karena genre lagunya memang identik dengan koor biola. Selain itu saya cuma pernah dengar lagu Sania yang duet sama penyanyi cilik Rea Tata dengan judul lagu 'Ibunda'. Itu lagu pop biasa, tapi memakai koor biola dengan sedikit sentuhan nada minor, jadi lebih mengena. Karena itulah saya suka lagu itu, apalagi lagunya tentang Ibu :').
And then, lagu Korea juga banyak yang menggunakan efek 'imut' dalam lagunya. Kenapa saya bilang 'imut', karena efek itu memang biasanya digunakan dalam lagu anak-anak. Misalnya, bunyi tetesan air, bunyi 'cling-cling'. Aduh, gimana ya nulis bunyinya? Ya pokoknya bunyi imut gitu, deh. Bahkan di lagu penyanyi laki-laki sekalipun. Tapi itu memberi efek menarik, meski tidak se-signifikan pengaruh nada minor.
Nah, inti postingan ini sebenarnya adalah, saya ingin lagu Indonesia menjadikannya sebagai inspirasi dalam bermusik, supaya lagu-lagunya tidak membosankan. Dan, sebenarnya ini saya tujukan pada nasyid di Indonesia. Kebanyakan lagu-lagu nasyid di Indonesia terlalu berkutat pada nada-nada mayor. Ada juga yang bermain di nada minor, tapi dinamikanya kurang gimana gitu, terlalu konservatif. Kalau karena faktor-faktor yang saya sebutkan di atas lagu Korea bisa banyak disukai, sepertinya kiprah lagu nasyid juga akan lebih meluas ketika dinamika musiknya lebih diperkaya lagi. Yang pertama kali orang nikmati dalam sebuah lagu adalah melodinya, baru kemudian lirik. Kalau melodinya juga sudah membosankan, berani jaminkah akan banyak yang mendengar? Mungkin bagi orang-orang yang memahami makna lirik dengan baik tak terlalu peduli dengan melodi, tetapi kalau tujuannya untuk memperluas kiprah, maka beneran deh, perlu adanya enrichment melodi dan aransemen lagu. Contoh nasyid yang sudah kaya dinamika melodi dan aransemennya adalah nasyidnya Maher Zain, tapi kan itu munsyid luar negeri, terus Indonesia? :)
Alhamdulillah, kegilaan saya pada Korea mulai surut semenjak kuliah, terutama saat semester2 akhir, ketika proses terus menggodok saya agar dapat menjadi lebih baik. Saat ini saya masih menonton dramkor, tapi hanya sebatas selingan belaka dan menontonnya pun kalau sempat dan benar2 waktunya luang, longgar, lebar. Kalau dulu saat SMA, saya bela-belain nyewa vcd dramkor di rentalan dan nonton per hari sampai 3 jam nonstop (kacau banget -_-). Sekarang boro-boro. Seminggu bisa cuma satu episode, kalau pas lagi kumat pengennya. Lagu-lagu koleksi dari jaman ababil juga masih #terpampangnyata di arsip laptop, tapi alhamdulillah cuma dilirik kalau pas lagi 'kumat' minta selingan (haduh, -_-). Kalau dulu, playlist audio player laptop penuh dengan soundtrack dari berbagai macam dramkor (masa lalu yang kacau :|). Diambil untungnya saja, jadi bisa kasih masukan buat nasyid Indonesia. HIDUP NASYID! ALLAHU AKBAR! ^_^ Dan untuk passion pada Korea, sekarang lebih banyak saya salurkan pada bahasa dan huruf hangeulnya. Bukan lagi pada soundtrack dramkor, apalagi boyband dan girlband -_-. Konsen passion pada bahasa dan hangeul lebih edukatif dan tidak mubazir. Siapa tahu bisa jadi ladang profesi atau jembatan menuju level akademik yang lebih tinggi. Memudahkan saya meraih gelar master di sana mungkin? Aamiin.. ^_^
That's all. Tirulah yang baik, lupakan yang buruk. Hamachan, Hamagan! (Hamasah Cantik, Hamasah Ganteng!)
See ya
Wsslm wr wb
Sedikit banyak saya mengamati musik. Meski sekarang saya membatasi apa yang saya dengar, pada dasarnya jiwa seni (cieh, jiwa seni :P) saya tetap ada dan terus melekat dalam diri saya.
Kelas 3 SMP (tahun ajaran 2004/2005) adalah saat dimana saya mengenal yang namanya drama korea (dramkor) berikut soundtrack-nya. Saya dibuat tergila-gila, apalagi jaman itu serialnya adalah Endless Love dan Full House yang notabene ceritanya sangat memanjakan wanita, seperti dalam mimpi (tipikal cerita dramkor). Dan saya, adalah orang yang saaangat respek dengan soundtrack film/tayangan. Jadi, kalau saya suka sebuah film/serial/tayangan, saya pasti suka juga soundtrack-nya. Itu sudah terlihat semenjak saya kecil. Dulu keluarga saya suka banget serial Yoko (kalau tidak salah judul aslinya Pendekar Ular Putih). Saya pun ikut-ikutan demam serial itu. Saya minta dibelikan kaset soundtrack-nya. Waktu itu ortu saya membelikan yang asli, sampai saya dapat hadiah kaosnya. Saya ingat banget, waktu itu kaosnya warna pink dengan sablon Yoko dan Siluman Ular Putih di bagian depannya, hehe. OK, kembali ke topik awal. Saking sukanya sama soundtrack dramkor, saya mengoleksinya. Dan mungkin, lebih dari yang lain, perlahan-lahan saya mulai mengamati gaya musik Korea (terutama jenis soundtrack). Saya heran, kenapa sih lagu-lagu Korea (terutama yang soundtrack) selalu lebih mengena daripada lagu Indonesia sendiri? Saya tidak tahu apakah ini hanya kesimpulan subjektif, tapi saya hanya akan mencoba menjelaskan dari hasil pengamatan pribadi saya.
Yang ingin saya fokuskan di sini adalah mengenai nada minor dalam lagu Korea. Nada minor sendiri adalah nada not setengah. Kalau dalam tuts piano, nada minor muncul dari tuts hitam ketika tuts putih menjadi nada utama. Yah, itu yang bisa saya jelaskan sebagai pengamat musik amatir yang tidak pernah dapat tutorial musik resmi, hehe. Dan nada minor adalah salah satu yang menurut saya membuat lagu Korea menjadi kedengaran lebih mengena, terutama untuk jenis lagu 'galau', seperti soundtrack serial2 yang mengharu biru. Dan ternyata bukan hanya lagu soundtrack yang banyak menggunakan nada minor, tetapi juga hampir seluruh lagu Korea, dari lagu solo sampai lagu girlband dan boyband. Meski saya tidak terlalu suka dengan girlband dan boyband Korea (saya hanya menjadi korban dramkor dan soundtrack), tapi dengan hanya mendengar sekilas, memang ketahuan kalau nada minor sangat menjadi ciri khas lagu Korea. Kadang saya mengira sebuah lagu Korea akan membosankan dengan dominasi nada mayornya (seperti hampir semua lagu Indonesia), tapi ketika di tengah tiba2 muncul nada minor, lagu itu jadi tidak lagi membosankan. Begitulah, ciri khas kebanyakan (hampir semua) lagu Korea.
Selain nada minor, musisi Korea juga sangat rajin memasukkan instrumen koor biola/cello dalam sebuah lagu, meskipun itu lagu up-beat. Jadi, tetap ada kesan 'mewah' dalam sebuah lagu. Daaan, koor biola itu juga yang semakin menajamkan nada minornya. Saya pun iseng mengamati lagu Indonesia, ternyata jarang banget yang musiknya ada latar belakang koor biola-nya, hanya sedikit. Yang paling sering pakai ya Gita Gutawa, karena genre lagunya memang identik dengan koor biola. Selain itu saya cuma pernah dengar lagu Sania yang duet sama penyanyi cilik Rea Tata dengan judul lagu 'Ibunda'. Itu lagu pop biasa, tapi memakai koor biola dengan sedikit sentuhan nada minor, jadi lebih mengena. Karena itulah saya suka lagu itu, apalagi lagunya tentang Ibu :').
And then, lagu Korea juga banyak yang menggunakan efek 'imut' dalam lagunya. Kenapa saya bilang 'imut', karena efek itu memang biasanya digunakan dalam lagu anak-anak. Misalnya, bunyi tetesan air, bunyi 'cling-cling'. Aduh, gimana ya nulis bunyinya? Ya pokoknya bunyi imut gitu, deh. Bahkan di lagu penyanyi laki-laki sekalipun. Tapi itu memberi efek menarik, meski tidak se-signifikan pengaruh nada minor.
Nah, inti postingan ini sebenarnya adalah, saya ingin lagu Indonesia menjadikannya sebagai inspirasi dalam bermusik, supaya lagu-lagunya tidak membosankan. Dan, sebenarnya ini saya tujukan pada nasyid di Indonesia. Kebanyakan lagu-lagu nasyid di Indonesia terlalu berkutat pada nada-nada mayor. Ada juga yang bermain di nada minor, tapi dinamikanya kurang gimana gitu, terlalu konservatif. Kalau karena faktor-faktor yang saya sebutkan di atas lagu Korea bisa banyak disukai, sepertinya kiprah lagu nasyid juga akan lebih meluas ketika dinamika musiknya lebih diperkaya lagi. Yang pertama kali orang nikmati dalam sebuah lagu adalah melodinya, baru kemudian lirik. Kalau melodinya juga sudah membosankan, berani jaminkah akan banyak yang mendengar? Mungkin bagi orang-orang yang memahami makna lirik dengan baik tak terlalu peduli dengan melodi, tetapi kalau tujuannya untuk memperluas kiprah, maka beneran deh, perlu adanya enrichment melodi dan aransemen lagu. Contoh nasyid yang sudah kaya dinamika melodi dan aransemennya adalah nasyidnya Maher Zain, tapi kan itu munsyid luar negeri, terus Indonesia? :)
Alhamdulillah, kegilaan saya pada Korea mulai surut semenjak kuliah, terutama saat semester2 akhir, ketika proses terus menggodok saya agar dapat menjadi lebih baik. Saat ini saya masih menonton dramkor, tapi hanya sebatas selingan belaka dan menontonnya pun kalau sempat dan benar2 waktunya luang, longgar, lebar. Kalau dulu saat SMA, saya bela-belain nyewa vcd dramkor di rentalan dan nonton per hari sampai 3 jam nonstop (kacau banget -_-). Sekarang boro-boro. Seminggu bisa cuma satu episode, kalau pas lagi kumat pengennya. Lagu-lagu koleksi dari jaman ababil juga masih #terpampangnyata di arsip laptop, tapi alhamdulillah cuma dilirik kalau pas lagi 'kumat' minta selingan (haduh, -_-). Kalau dulu, playlist audio player laptop penuh dengan soundtrack dari berbagai macam dramkor (masa lalu yang kacau :|). Diambil untungnya saja, jadi bisa kasih masukan buat nasyid Indonesia. HIDUP NASYID! ALLAHU AKBAR! ^_^ Dan untuk passion pada Korea, sekarang lebih banyak saya salurkan pada bahasa dan huruf hangeulnya. Bukan lagi pada soundtrack dramkor, apalagi boyband dan girlband -_-. Konsen passion pada bahasa dan hangeul lebih edukatif dan tidak mubazir. Siapa tahu bisa jadi ladang profesi atau jembatan menuju level akademik yang lebih tinggi. Memudahkan saya meraih gelar master di sana mungkin? Aamiin.. ^_^
That's all. Tirulah yang baik, lupakan yang buruk. Hamachan, Hamagan! (Hamasah Cantik, Hamasah Ganteng!)
See ya
Wsslm wr wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar